
Kegiatan digelar oleh Departemen Agama RI bekerjasama dengan Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Saudi Arabia di Masjid At-Tauhid Arief Rahman Hakim Universitas Indonesia, Jl Salemba Raya, Jakarta, 26 - 28 Desember 2009 lalu.
Pada final Musabaqoh Hafalan Al-Qur'an dan Hadist Tahunan "Amir Sulthan Bin Abdul Aziz Alu Suud Tingkat ASEAN" ketiga kalinya ini, pemuda asal Pontianak tersebut mengalahkan 13 peserta dari berbagai Negara, seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, serta Filipina.
"Alhamdulillah, sekalipun di tingkat nasional saya hanya meraih juara ketiga, tapi di tingkat Asia Tenggara, saya justru meraih juara pertama," kata Eko, yang mengaku baru bisa membaca Al-Quran saat SMA ini.
Atas kemenangan itu Eko berhak membawa pulang hadiah 10 ribu real dan naik haji gratis pada musim haji tahun 2010. Alumnus Pontren Modern Gontor yang hapal luar kepala 2.500 hadist ini mengaku tak menyangka bisa menjadi juara pertama.
Eko adalah mahasiswa Fakultas Syariah Program Studi Keuangan dan Perbankan angkatan 2006. Dalam ajang ini Eko berhasil menyisihkan peserta dari Thailand, Laos, Myanmar, Singapura, Brunei Darussalam, dan Malaysia.
Pemuda yang berencana melanjutkan studi S2 ke Madinah, Saudi Arabia ini, mengaku menghapal hadits tidak terjadi secara instan. Berkat ketekunan dan tuntunan para guru ketika masih duduk di bangku SMA, dia berhasil menghapal banyak hadits. Jumlahnya mencapai 2.500 hadits. Kebetulan ketika SMA, Eko juga berdiam di Pesantren Modern Gontor Jawa Timur.
Kebiasaan menghapal hadits pun terbawa ke bangku kuliah, meski saat berkuliah bukan menambah hapalan, melainkan hanya mempertajam hapalan semula. Sementara sejak semester tiga, dia mulai menghapal Al-Quran. Usahanya berhasil, dan dalam waktu dua tahun 30 juz Alqur'an sudah dikuasainya.
"Alhamdulillah (sudah bisa menghapal Alqur'an). Caranya ya belajar sendiri saja, dengan cara mengulang-ulang," kata dia sedikit membeberkan rahasia metode menghapalnya.
Dia biasa meluangkan waktu lima jam dalam sehari untuk hapalan. Namun ketika akan ikut musabaqoh pada 27-29 Desember kemarin, waktu yang diluangkan untuk menghapal selama delapan sampai sepuluh jam dalam sehari.
"Saya pelajari sendiri tata cara musabaqoh dari buku pemberian senior yang tahun lalu ikutan. Kebetulan metode dan kurikulum yang dipakai musabaqoh belum ada di pesantren dan ini masih baru," kata pemuda yang kini tinggal di Ciparay, Kabupaten Bandung ini./hidayatullah.
0 komentar:
Posting Komentar