(wartaislam.com) Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi didemo sejumlah massa yang menolak pencalonannya sebagai Rais Am. Namun, demo itu dianggap tidak etis, apalagi yang bersangkutan belum secara resmi mencalonkan diri sebagai Rais Am pada muktamar mendatang.
"Adalah tidak etis menghadang seseorang atau ulama yang akan dicalonkan oleh muktamirin sebagai Rais Aam pada periode mendatang pada Muktamar NU di Makassar nanti. Lagi pula, Pak Hasyim sampai sekarang secara resmi atau tak resmi belum pernah mengumumkan untuk mencalonkan diri sebagai Rais Aam," kata H Masduki Baidlowi, mantan Wakil Sekjen PBNU periode 1999-2004 kepada wartawan di Jakarta, Jum'at (19/3/2010).
Menurut Baidlowi, tak ada satu pun pemberitaan di media massa yang menyatakan Hasyim mencalonkan diri sebagai Rais Aam.
Diakui Baidlowi, mencalonkan atau tidak adalah hak seseorang atu individu yang dijamin negara. Selain itu, walau tidak mencalonkan diri, banyak kalangan pengurus syuriyah di Jawa dan luar Jawa yang ingin mencalonkan Hasyim Muzadi sebagai Rais Aam. Alasannya, sebagai Ketum PBNU, Hasyim telah bekerja keras untuk membangun organisasi NU yang kuat dan upaya nyata lainnya.
"Kondisi inilah yang dikhawatirkan sejumlah pihak yang apabila Pak Hasyim terpilih, hidden agendanya akan terhadang. Makanya, kelompok ini akan berupaya keras menghadang Pak Hasyim dengan berbagai cara, termasuk dengan demo-demo," tegasnya.
Baidlowi mengatakan, dalam konteks saat ini dan tantangan di era global, tentunya kriteria seorang Rais Aam tidak sama dengan dulu. Dimana di masa lalu muncul Rais Aam sekaliber KH Hasyim Asy'ari, Mbah Wahab dan KH Cholil Bisri.
"Oleh karena itu kepemimpinan di tingkat syuriyah dan musytasyar harus bersifat koligial di bawah seorang Rais Aam yang punya kemampuan menejerial yang kuat di samping harus punya hubungan-hubungan internasional yang kuat pula," ujarnya.
Ditegaskan kembali Baidlowi, di balik aksi demo siang tadi di PBNU jelas menunjukan adanya pihak eksternal yang bermain. "Mereka sengaja memancing di air keruh, karena ingin memasang jago-jagonya di pengurus PBNU yang akan datang. Tujuannya jelas, untuk kepentingan partai-partai politikna atau lembaganya agar NU tidak kuat, tidak solid, gampang disetir dan diobok-obok," pungkasnya.
sumber : detik
0 komentar:
Posting Komentar