Buka Program Baru, Israel Kebanjiran Tamu Zionis

TEL AVIV– Sejumlah sumber dari kalangan pejabat Israel mengungkapkan keberadaan ratusan orang Yahudi yang sengaja direkrut oleh Israel hingga tahun 2009. Mereka mengatakan bahwa proses “impor” imigran tersebut mencapai tingkatan yang tertinggi pada dekade pertama dari milenium baru (tahun 2000).
Disebutkan bahwa ada sekitar 16.200 orang imigran Yahudi zionis dari berbagai tempat yang didatangkan ke Israel, meningkat 17 persen dari tahun lalu, yang jumlahnya sebanyak 13.860 orang.

Menurut data tersebut, sebagian besar Yahudi Zionis yang direkrut Israel berasal dari negara-negara Eropa Timur dan Amerika Latin, sebagian besar diantaranya berusia dibawah 35 tahun.
Sebuah media Israel mengutip ucapan Natan Sharansky, ketua sebuah yayasan Yahudi, Jewish Agency, yang mengatakan bahwa yayasan tersebut mempergunakan segala cara untuk menganjurkan para imigran berdatangan ke Israel dalam kerangka sebuah program yang bertujuan untuk mendatangkan para imigran.
Ia mengetengahkan bahwa sejak dimulai pada tahun 2009, penerapan program baru tersebut telah mampu memberikan kotribusi yang besar terhadap peningkatan jumlah Yahudi zionis di Israel.

Tahun ini, ada 7.120 orang imigran yang datang dari bekas negara Uni Soviet, sementara 5.300 orang datang dari negara-negara yang menggunakan bahasa Inggris. Keduanya (imigran Yahudi asal Eropa Timur dan negara-negara berbahasa Inggris) mengalami peningkatan.

Jumlah keseluruhan dari para Yahudi zionis pendatang baru menurun jika dibandingkan dengan imigrasi dari bekas negara Uni Soviet pada tahun 1990an. Dalam pernyataan yang dikeluarkan pada hari Minggu, ada 221.000 orang Yahudi imigran yang hijrah ke Israel dalam 10 tahun terakhir.

Pemerintah Soviet, sebelum terjadi kudeta yang meruntuhkan negara komunis tersebut, memberikan hak kepada seluruh warga negaranya untuk mendapatkan paspor Uni Soviet, memberikan pilihan kepada kaum Yahudi Soviet untuk memilih tujuan selain Israel. Efek yang ditimbulkan adalah menurunnya tingkat imigrasi ke Israel.

Awalnya, otoritas Israel menganggap penurunan jumlah imigran tersebut ada hubungannya dengan penundaan pemberian paspor oleh pemerintah Uni Soviet.
Pada saat itu, kudeta sayap kanan dan proses demokrasi Uni Soviet membuat masa depan para imigran Yahudi asal Uni Soviet di Israel menjadi sulit ditebak. Hal tersebut menimbulkan tanda tanya, bukan hanya mengenai jumlah imigrasi ke Israel, namun juga jumlah Yahudi Soviet yang tetap berada di Israel.

Israel kala itu memperlambat proses pemberian paspor di kedutaan Uni Soviet di Tel Aviv. Karena merasa frustrasi dengan penundaan proses pengajuan paspor yang bisa mencapai waktu satu tahun, sejumlah Yahudi Soviet langsung mengajukan permohonan paspor Israel, yang memungkinkan mereka angkat kaki dari Israel dan pergi ke tempat lain.

Jumlah Yahudi Soviet yang meninggalkan Israel dengan paspor Israel kala itu hanyalah pucuk dari fenomena gunung es dalam komunitas Yahudi Soviet yang ingin meninggalkan Israel, namun tidak memenuhi persyaratan untuk mendapatkan paspor Israel.

Pemerintah Israel tidak memberikan paspor kepada Yahudi Soviet yang masih terikat hutang dengan Jewish Agency, yang membantu proses kedatangan dan transportasi mereka ke Israel. Karena tingginya angka pengangguran, Yahudi Soviet terjerumus dalam jurang kemiskinan dan tidak mampu membayar hutang mereka.

Israel menawarkan kewarganegaraan otomatis untuk orang-orang Yahudi yang bersedia datang ke Israel. Sekitar 80 persen dari penduduk Israel yang berjumlah 7 juta jiwa adalah Yahudi, sisanya adalah warga Arab./suaramedia.

0 komentar:

Posting Komentar