Takjub Budaya Muslim, Enam Petinju Afrika Masuk Islam

Sementara Islamophobia meningkat di Barat, enam anggota tim tinju Republik Afrika Tengah yang beragama Kristen memutuskan untuk masuk Islam setelah merasa sangat terkesan oleh kebudayaan dan keramahan penduduk setempat Muslim Pakistan pada hari Senin.

Pelatih tim Republik Afrika Tengah, Mohamed Kalambaye, mengatakan bahwa keenam petinju itu telah memutuskan untuk masuk Islam setelah terkesan dengan semangat kebudayaan Islam dan sikap ramah penduduk setempat.

“Keenam petinju itu beragama Kristen dan mereka tidak memiliki niat untuk masuk Islam samasekali sebelum datang ke Pakistan. Pada dasarnya persatuan dan persaudaraan dalam Islam-lah yang membuat mereka terkesan. Namun yang paling penting adalah tidak adanya diskriminasi dalam Islam. Sekali kau mengucapkan Assalamualaikum, maka kau diterima sebagai seorang saudara tak peduli apa warna kulitmu. Dan itulah yang membuat mereka sangat terkesan,” ujar Kalambaye dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Dawn.com pada hari Senin.

Di antara enam orang yang memilih untuk masuk Islam adalah Gbodo Ygor, Selebangue Bienvenu, Vomitiande Huges, Grassa Thibault, Niambongui Davy dan Ngocko Martial. Mereka akan masuk Islam dalam sebuah upacara yang diadakan pada hari Selasa di sebuah hotel setempat pukul dua siang. Para petinju itu berada di kota tersebut untuk berpartisipasi dalam turnamen internasional Benazir Bhutto.
Kalambaye mengatakan bahwa keenamnya tidak masuk Islam karena tekanan atau ajakan. Sebaliknya, mereka memilih masuk Islam karena keinginan mereka sendiri.

“Tidak ada tekanan terhadap mereka samasekali. Mereka tahu apa yang mereka lakukan. Ketika kami sampai di sini, mereka menyaksikan bagaimana saya diterima dan disambut ke mana pun saya pergi dan dengan siapa pun saya bertemu oleh penduduk Muslim setempat. Tidak ada yang peduli dengan kulit saya yang hitam. Saya disapa dengan hati yang hangat oleh pihak penyelenggara atau siapa pun yang bertemu dengan saya karena agama saya.

“Mereka melihat bahwa meskipun beragama Kristen namun mereka menerima penghormatan yang sama. Mereka mendapat kalung bunga begitu tiba di bandara Karachi. Itulah mengapa mereka ingin masuk ke agama yang mengajarkan kasih sayang kepada sesama manusia ini,” ujar Kalambaye sambil berbicara mewakili para petinju yang hanya bisa berbicara dalam bahasa asalnya sendiri.

Sang pelatih mengatakan bahwa citra negatif dalam pikiran mereka tentang Pakistan dan masyarakatnya sirna ketika mereka sampai dan melihat keramahan serta merasakan kehangatannya.
“Saya rasa Barat dan medianya harus berhenti menggambarkan kaum Muslim secara negatif. Saya sependapat bahwa seseorang yang menyebut dirinya Muslim kemudian membunuh orang-orang tak bersalah atas nama Islam adalah perbuatan yang salah. Kata Islam sebenarnya berarti ‘perdamaaian’ dan itulah tepatnya yang diajarkan oleh agama kami.”

“Saya adalah seorang Muslim dan telah membaca kitab suci Al-Qur’an. Saya tahu bahwa anak-anak muda ini telah membuat keputusan yang tepat dan itu membuktikan bahwa Islam adalah agama yang damai. Bahkan, setiap agama mengajarkan perdamaian. Saya rasa para petinju ini tidak akan menyesal telah masuk Islam meskipun semua Muslim disalahkan atas terorisme dan semua pembunuhan tak masuk akal ini,” ujar sang pelatih.

Ia mengatakan bahwa hanya Bienu yang telah memikirkan untuk pindah agama sejak kunjungannya ke Libanon pada bulan Oktober 2009, sembari menambahkan bahwa perpindahan agama yang dilakukan oleh para petinju Afrika Tengah itu bukan yang pertama kalinya terjadi. Para petinju Afrika Tengah banyak yang telah masuk Islam mengunjungi Aljazairs dan negara-negara Muslim lain di masa lalu.
Kalambaye yakin bahwa meskipun mungkin tidak akan ada reaksi negatif di dalam negeri tentang kepindahan mereka Islam, mereka mungkin akan ditolak oleh keluarga masing-masing.

“Di Afrika Tengah, setiap orang bebas memilih agamanya sendiri, namun saya khawatir para petinju ini akan ditolak oleh keluarganya masing-masing. Salah satu dari petinju itu adalah seorang pelajar dan satu lagi memiliki sebuah toko kecil, sementara empat lainnya tidak memiliki pekerjaan. Saya tidak tahu bagaimana mereka akan bertahan jika mereka ditolak oleh keluarganya. Tapi mereka bukan anak kecil, saya rasa mereka pasti akan dapat mengatasinya,” ujar sang pelatih.

Kalambaye mengatakan bahwa kepindahan ke Islam bukan sebuah fenomena di Afrika Tengah dan di ibukota Bangui pun terdapat sekitar 20 Masjid.

“Itu bukan Masjid-masjid kecil melainkan Masjid yang dapat digunakan untuk sholat Jumat juga. Islam tidak menyebar di Afrika Tengah pada masa dulu. Namun segalanya berbeda sekarang. Banyak orang yang mulai masuk Islam./.suaramedia.

0 komentar:

Posting Komentar