SBY: Pengabdian Kalla Dikenang Sepanjang Masa

JAKARTA- Setelah dilantik, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan didampingi Wakil Presiden Boediono sebagai Wakil Presiden untuk masa jabatan 2004-2009.

Dengan demikian, Jusuf Kalla yang telah mendampingi SBY selama lima tahun pun otomatis lengser dari jabatannya.

"Kepada saudara Muhammad Jusuf Kalla, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan atas jasa dan pengabdian kepada pemerintah, bangsa, dan negara," ungkap SBY dalam pidato perdananya dalam sidang paripurna MPR/DPR, Selasa (20/10/2009).

Mendengar hal itu, JK yang duduk di sisi Boediono pun tersenyum lebar. Senyum khas JK seakan tak memancarkan kekecewaan meski dia harus tersingkir dari jajaran pemerintahan.

SBY lanjut memuji JK. Dia mengingatkan bahwa seluruh kerja dan pengabdian JK selama lima tahun menjadi Wapres akan tercatat abadi dalam sejarah bangsa.

Mendengar pujian dari SBY itu, tepuk tangan seluruh peserta sidang dan tamu undangan pun bergemuruh di ruang sidang paripurna.

Sementara itu, Ucapan terima kasih kepada mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk kedua kalinya disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Setelah di hadapan para menterinya, kini ucapan itu disampaikan secara khusus dalam pidato kenegaraannya di Gedung MPR/DPR.

Dalam pidatonya, SBY berjanji bersama wakilnya Boediono akan mengembang amanah rakyat untuk lima tahun mendatang.

Ia lalu mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada pimpinan dan anggot MPR, pimpinan dan anggota DPR, pimpinan dan anggota DPD dan lembaga lain yang sepanjang 2004-2009 bekerja keras bersama-sama membangun bangsa dan negara.

"Kepada Bapak Haji Muhammad Jusuf Kalla, yang telah mendampingi saya selama 5 tahun terakhir saya ucapkan terima kasih dan penghargaan atas jasa dan pengabdian saudara atas pengabdian pada bangsa dan negara. Pengabdian saudara akan tetap abadi dalam perjalanan sejarah bangsa dan akan tetap dikenang sepanjang masa," kata SBY yang langsung disambut tepauk tangan meriah tamu dan undangan yang hadir di Gedung MPR/DPR, Jakarta, Selasa 20 Oktober 2009.

SBY lalu menegaskan Indonesia patut bersyukur bahwa di tengah gejolak dunia kita tetap tegar dan kuat sebagai negara demokrasi. Apalagi di tengah kondisi ekonomi dunia, pertumbuhan ekonomi diprediksi akan tertinggi ketiga di dunia.

Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan rasa hormatnya kepada para tokoh partai politik yang turut serta dalam pemilihan presiden 2009.

SBY menyebut Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto juga pasangan Jusuf Kalla-Wiranto sebagai figur yang berjasa dalam memekarkan demokrasi di Indonesia.

"Dalam kesempatan ini saya sampaikan rasa hormat kepada Ibu Megawati Sokearnoputri, Prabowo, serta Jusuf Kalla dan Wiranto karena mereka telah berjasa dalam memekarkan demokrasi di Indonesia," kata SBY saat menyampaikan pidato pelantikan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta.

Dia menyebutkan kalah menang dalam pemilihan merupakan hal yang biasa dalam demokrasi. "Demokrasi menang, rakyat juga menang," tandasnya.

Menurutnya Indonesia telah berhasil melakukan pemilihan presiden langsung untuk keduakalinya.

Dia menambahkan tahun ini masyarakat Indonesia menyaksikan pemilihan umum dengan damai. "Kita mampu melakukan kompetisi politik yang dewasa," tuturnya.

Sementara itu, Jusuf Kalla mengaku baru merasa jadi Wakil Presiden saat berada di jalan. Selebihnya, Jusuf Kalla banyak kehilangan waktu bersama dengan keluarganya.

"Saya merasa jadi Wapres waktu di jalan saja," kata Kalla di kediaman pribadinya, Jalan Brawijaya V Nomor 6, Jakarta, Selasa 20 Oktober 2009. "Karena tidak pernah macet, kita jalan terus dengan kawalan."

Kalla menjelaskan, selama lima tahun menjabat sebagai wakil presiden, dirinya mengalami banyak kehilangan. Seperti kehilangan kebebasan dan kehilangan waktu untuk keluarga.

Sedangkan masa yang berkesan bagi Kalla saat menjabat wakil presiden adalah ketika melakukan perundingan mengenai perdamaian di Aceh. "Itu saat paling berkesan saya, karena itu momen awal saya melaksanakan tugas," ujar mantan Ketua Umum Partai Golkar itu.

Kalla berjanji, usai tidak menjabat posisi wakil presiden lagi, dia tidak akan mengalami sindrom pasca berkuasa. "Saya tidak akan menjadi post power syndrome, karena saya tidak seperti itu," jelasnya.

Sementara itu, Waktu menunjukkan pukul 10.22 WIB. Boediono baru saja selesai mengucapkan sumpah sebagai wakil presiden terpilih. Bersama presiden terpilih Susilo Bambang Yudhoyono, dia akan memimpin 230 juta rakyat Indonesia hingga tahun 2014.

Dengan selesainya pengucapan sumpah oleh Boediono berakhir sudah era kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla. Detik itu juga Jusuf Kalla berstatus mantan wakil presiden dan menjadi rakyat biasa.

Kalla tak bisa lagi misalnya, -sesuai yang dia katakan menjelang akhir jabatannya- mondar-mandir bebas hambatan tanpa macet di Kota Jakarta. Lima puluh empat personel pasukan pengamanan presiden dan 12 mobil iring-iringan yang selalu menyertai kegiatannya 5 tahun belakangan juga tak ada lagi.

Dalam acara pelantikan hari ini, Jusuf Kalla tampak duduk bersebelahan dengan Boediono di sisi kiri podium. Dia kerap menoleh ke kiri dan ke kanan seraya tersenyum.

Ketika Boediono mengucapkan sumpah, Kalla terlihat sering menatap Yudhoyono dengan mimik serius.

Saat Ketua MPR Taufiq Kiemas keseleo lidah menyebutnya sebagai mantan wakil presiden dia tertawa kecil sambil mengangkat tangan kanannya seraya menoleh ke Taufiq.

Tak banyak yang tertarik memerhatikan kehadiran Kalla. Kamera televisi lebih sering menyorot wajah presiden dan putranya Edhie Baskoro Yudhoyono yang juga legislator dari Partai Demokrat.

Namun tak demikian halnya dengan Yudhoyono. Dalam pidato pelantikannya, presiden membesarkan hati mantan wakilnya itu. "Jasa saudara akan abadi bagi bangsa dan negara," kata Yudhoyono.

Sementara Boediono agaknya cukup "tahu diri." Ketika meninggalkan ruang paripurna misalnya, dia membiarkan Kalla beserta Ibu Mufidah Kalla berjalan persis di belakang Yudhoyono. Meski sudah resmi menjabat wakil presiden, Pak Boed tidak serta-merta menyerobot posisi Kalla.

Bersama seluruh pimpinan MPR, Yudhoyono, Kalla dan Boediono beserta istri masing-masing kemudian berdiri berbaris di depan pintu masuk ruang paripurna untuk diabadikan para fotografer. Kalla pergi dengan melambaikan tangan dan tersenyum tipis. Beberapa reporter tampak terharu melepasnya. Kalla hilang tapi jejaknya abadi. /suaramedia.



0 komentar:

Posting Komentar