
Kemunculan nama peneliti Litbang Depkes ini menggantikan Siti Fadilah Supari dinilai fenomenal. Padahal sebelumnya Guru Besar FK UI Nila Moeloek-lah yang diprediksi mengisi posisi ini. "Kalau CIA intervensi, jangankan pembentukan kabinet, untuk pemilihan presiden pasti ada campur tangan CIA juga. Saya yakin itu," tuturnya di ruang Komisi IX DPR RI, Kamis (22/10).
Politisi PDI-P ini mengaku terkejut dengan kemunculan Endang yang tak pernah disebut-sebut sebelumnya. Kedatangannya ke Cikeas untuk melalui tahapan fit and proper test juga dinilai tiba-tiba.
Kemunculan nama Endang menuai kontroversi setelah mantan Menkes Siti Fadilah Supari yang menyebut lulusan Harvard School of Public Health Boston, AS ini, pernah menjual sampel virus H5N1 kepada NAMRU.Sementara itu, Ketua Komisi IX DPR Ribka Tjiptaning mengaku dalam pembetukan Kabinet Indonesia Bersatu jilid II yang baru saja diumumkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terdapat intervensi asing."Soalnya apapun yang terjadi di Indonesia, mulai dari penyusuanan kabinet, pemilihan presiden sampai apapun itu memang diintervensi oleh asing. CIA main di situ," kata Ribka di Gedung DPR, Senayan, Jakarta.
Namun yang menjadi masalah, tambah Ribka, nama Endang Rahayu Setyaningsih muncul sebagai Menteri Kesehatan.
"Saya kaget begitu tahu Endang menjadi menteri. Karena yang saya tahu itu ada lima calon menteri yang gagal di tes kesehatan, tetapi kok cuma Ibu Nila saja yang dibatalkan padahal masih ada sisanya," tuturnya.
Sehingga dalam waktu dekat, lanjutnya, anggota dewan akan segera memanggil Endang.
"Setelah dilantik, kita akan melakukan rapat kerja dengan dia (Endang). Untuk mengetahui dia mempunyai program apa saat menjadi menteri. Endang ini tidak pernah ikut fit and proper tes, dia juga tidak pernah ikut tes kesehatan kok tiba-tiba namanya muncul. Dia memang dokter, tetapi dokter bisa saja sakit juga," tegasnya.

Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin menilai tindakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang membatalkan penunjukan Nila Juwita Moeloek sebagai calon Menteri Kesehatan pada saat-saat terakhir bukanlah suatu hal yang elok.
"Calon Menkes kemarin yang telah audisi dan tes kesehatan kok tidak jadi, itu tidak elok. Menurut saya Presiden SBY kurang elok," ujarnya di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Din mengatakan, masih banyak cara-cara lebih elegan yang dapat digunakan Presiden jika ingin mengganti seorang calon menteri.
Din juga mengaku kaget sekaligus prihatin saat mengetahui Endang Rahayu Sedyaningsih yang terpilih sebagai Menteri Kesehatan. Dikatakannya, penunjukan tersebut mempermalukan dua orang sekaligus, yaitu Nina Moeloek dan Siti Fadhilah Supari, sebagai menteri kesehatan sebelumnya. Pasalnya, kondisi kesehatan Nila Juwita Moeloek terbilang bagus. Sementara Menteri Kesehatan terpilih, lanjut Din, adalah sosok yang pernah dimutasi karena terbukti mendukung penelitian asing.
Lebih jauh ia mengatakan, pemilihan menteri kali ini layaknya drama audisi yang dramatis. Terlebih lagi untuk pertama kalinya diberlakukan uji kejiwaan. "Seleksi menteri sebenarnya baik, tapi sayangnya meninggalkan kesan performa dan menjadi artifisial dan semu," ucapnya.
Sementara itu, Nyaris tak ada pihak yang menduga munculnya nama Endang Rahayu Sedyaningsih sebagai Menteri Kesehatan di Kabinet Indonesia Bersatu jilid II. Tak banyak juga yang tahu jika anakbuah mantan Menkes Siti Fadilah Supari itu ternyata punya cerita yang tak mengenakkan dengan mantan bosnya.
Ketika Presiden SBY menyebut nama Endang, berbagai isu tentang Endang pun muncul. Endang disebut-sebut pernah membawa sampel virus H5N1 ke Hanoi. Inisiatif Endang itu kabarnya tidak atas sepengetahuan Siti Fadilah.
Namun Endang membantah kabar itu. Menurut Peneliti Utama Biomedis dan Farmasi Depkes ini, siapa saja bisa membawa sampel virus ke luar negeri.
"Saya tidak pernah menjual, itu hasil penelitian, setiap orang bisa membawanya," ungkap Endang yang ditemui di rumahnya di Kompleks LIPI, Duren sawit, Jakarta Timur.
Meski sulit, Endang yakin dia bisa mematahkan dugaan-dugaan miring tentang dirinya itu. "Biarkan kita lihat saja, membuktikan tidak bersalah lebih sulit dibanding membuktikan bersalah," pungkasnya./suaramedia
0 komentar:
Posting Komentar