
Sheikh Mohammed Dor mengatakan bahwa tindakan gereja itu provokatif dan dapat memicu kemarahan kaum Muslim di seluruh negeri.
“Mulai hari Senin, saya ingin semua Muslim menarik anak-anaknya dari sekolah-sekolah Katolik dan menyekolahkan mereka di tempat lain,” ujarnya.
Dalam khotbahnya pada hari Jumat, ulama tersebut juga mendesak para orangtua untuk menolak sekolah publik, termasuk yang non-Katolik, yang melarang anak-anaknya mengenakan jilbab.
Ia memperingatkan bahwa kaum Muslim akan bangkit melawan mereka yang menentang prinsip-prinsip dasar agama mereka jika pemerintah tidak segera mengintervensi.
Sheikh Dor mengatakan bahwa para ulama Muslim akan segera bertemu dan membahas persoalan itu sebelum mengeluarkan fatwa.
“Kita tidak boleh terintimidasi lagi dan pemerintah harus berhenti bertindak sebagai wasit antara kita dan orang Katolik yang menyudutkan kita,” ujarnya.
Sheikh Dor, yang juga merupakan calon anggota parlemen, memperingatkan bahwa interferensi terhadap prinsip-prinsip dasar Islam akan memicu kemarahan.
Ia mengatakan pemerintah Barat telah membentuk propaganda larangan jilbab di sekolah-sekolah Kenya untuk menjerumuskan negara tersebut ke dalam pertikaian agama.
Dua bulan lalu, Permanent Secretary untuk pendidikan Profesor Karega Mutahi mengeluarkan sebuah edaran kepada kepala sekolah publik memperingatkan tentang pemberian hukuman pada murid yang mengenakan jilbab. Ia mengatakan bahwa hukum tidak mengijinkan anak-anak mengalami diskriminasi karena agamanya.
Gereja Katolik memprotes perintah tersebut, mengatakan bahwa mereka tidak dilibatkan dalam konsultasi dan bahwa mereka akan tetap melarang pemakaian jilbab.
Seperempat populasi Kenya adalah penganut agama Islam, yaitu sekitar 10 juta jiwa. Wilayah Pantai Kenya sebagian besar dihuni oleh kaum Muslim. Nairobi memiliki beberapa Masjid dan jumlah warga Muslim yang cukup banyak.
Masuknya Islam ke negara ini dirintis oleh para pedagang Muslim yang datang ke Pantai Afrika Timur sekitar abad 8. Bukti-bukti arkeologis menunjukkan adanya sebuah kota Muslim di Pulau Manda pada abad 10. Seorang pengembara Muslim asal Maroko, Ibn Battuta, mengunjungi Pantai Timur Afrika pada tahun 1331 M, melaporkan adanya kaum Muslim di daerah itu. Ibn Battuta mengatakan bahwa mereka adalah penduduk Muslim yang taat beragama, terhormat, dan jujur. Mereka juga memiliki beberapa Masjid yang terbuat dari kayu.
Pada awalnya, Islam menyebar melalui asimilasi individual, dengan Muslim Arab yang memapankan diri untuk tinggal di wilayah tersebut secara berkelompok dengan memelihara kebudayaan aslinya serta mempraktikkan agama yang dibawa.
Islam di Afrika Timur berbeda dengan yang ada di bagian lain Afrika. Tidak seperti Afrika Barat di mana Islam berintegrasi ke dalam komunitas lokal, Islam Afrika Timur bersifat ‘asing’, kaum Muslim Arab menjalani hidup seperti ketika mereka masih di Timur Tengah./suaramedia
0 komentar:
Posting Komentar