Para politisi Muslimah dari partai-partai Islam sepertinya harus banyak belajar dari keistiqomahan politisi muslimah asal Denmark ini, meskipun menjadi seorang politisi - dirinya tetap teguh memegang prinsip bahwa berjabat tangan dengan laki-laki yang bukan mahram adalah Haram.
Bandingkan dengan beberapa politisi Muslimah dari partai Islam yang mungkin kita kenal yang dahulunya sebelum menjadi anggota dewan begitu 'keras' untuk urusan yang seperti ini, namun seiring perjalanan waktu sikap 'keras' mereka pun semakin lama semakin melunak dengan alasan 'tuntutan dakwah'.
Seorang politikus Denmark keturunan Palestina telah menjadi wanita pertama yang menghadiri pertemuan dewan setempat dengan mengenakan busanah Muslimah berupa jilbab.
Asmaa Abdul Hamid (27 tahun),ambil bagian dalam sebuah pertemuan di kota Odense sebagai pengganti anggota "unity List", sebuah kelompok sayap kiri.
Asmaa telah menarik banyak perhatian orang karena dengan percaya diri - dirinya memilih untuk mengenakan jilbab dan menolak berjabat tangan dengan laki-laki yang bukan mahram. Dia memimpin daftar voting untuk partainya pada pemilu lokal tahun 2005.
"Saya ingin dinilai berdasarkan apa yang ada dalam kepala saya, bukan apa yang ada di atasnya, untuk politik yang saya bela, lihat pendapat saya dan bukan apa yang saya pakai atau bagaimana saya menyambut orang-orang," katanya kepada media besar yang berkesempatan mewawancarainya.(fq/pt)
eramuslim
0 komentar:
Posting Komentar