Solo - "Sudah hampir 2 minggu atau tepatnya 13 hari, jenazah yang meninggal di Mojosongo, Solo terkatung-katung di RS Polri Kramat Jati. Artinya penanganan jenazah yang dilakukan Polri semakin berlarut-larut, dan hal itu semakin menambah duka serta kecewa bagi ke-4 keluarga yang ditinggalkan," demikian kata Endro Sudarsono, Sekretaris ISAC (The Islamic Study and Action Center), ketika diwawancarai Rabu (30/9) di sela-sela setelah menjalankan sholat Dhuhur di salah satu masjid di Kota Solo.
"Secara medis, semua prosedur identifikasi jenazah seharusnya sudah dilalui, baik itu mulai dari Tes DNA, Tes Asupan Pipi bagian dalam/Air liur pipi dalam, maupun Tes sidik jari dan Tes Antemortem," katanya.
Endro juga mempertanyakan tentang status para jenazah yang ditembak di Mojosongo, Solo. Karena menurutnya, sejak penggerebekan di Jatiasih, Temanggung dan Mojosongo Solo oleh Densus 88 Anti Teror, tidak satupun orang yang diduga sebagai pelaku peledakan di Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton yang ditangkap hidup-hidup. Sehingga Polri seakan cenderung brutal dan militeristik
"Banyak yang perlu dipertanyakan dalam masalah ini." tambahnya. "Antara lain, Mengapa harus selalu ditembak? Apa statusnya? Apa peranannya? Siapa saksinya? Apa buktinya? dan Bagaimana itu bisa terjadi dan Apa latarbelakanya?"
Menurut Endro, mestinya pertanyaan-pertanyaan ini harus dijawab oleh para saksi, bukan menurut asumsi Polri.
Tentang adanya penolakan jenazah dari beberapa orang dan di beberapa tempat, Endro berpendapat, bahwa Polri gagal dalam menciptakan kondusifitas keamanan. Karena dalam Islam, penolakan terhadap jenazah untuk dimakamkan termasuk dalam dosa besar dan merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan serta dikategorikan sebagai pelanggaran HAM.
"Polri tidak responsible terhadap himbauan atau pendapat dari Pengurus MUI Jateng, Solo dan Sragen, tentang menyegerakan pemakaman jenazah." katanya. "Dalam hal ini, Kapolda Jateng khususnya, gagal dalam peranannya sebagai Pelayan, Pelindung dan Pengayom Masyarakat."
Bahkan ISAC berpendapat, bahwa seorang Kapolda terpilih seharusnya yang dapat memahami dan mengetahui tentang karakter warga, sosiologis daerah, adat dan norma agama setempat.
Dengan adanya apresiasi dari beberapa negara seperti Amerika Serikat, Australia dan Singapura yang berlebihan tentang kinerja Polri, ISAC berpendapat bahwa kinerja Polri seakan tidak independent. Artinya, kepentingan asing telah mengganggu kedaulatan NKRI.
ISAC juga mendapat laporan, bahwa Rahmad Puji Prabowo alias Bejo dan Pono alias Kedu di Mako Brimob Depok, (yang keduanya ditangkap sebelum penggerebekan di Mojosongo, Solo) kukunya terlihat hitam lebam dan tangannya lecet-lecet, bahkan Pono alias Kedu terdapat memar di bagian paha.
Terakhir Endro berpendapat, dalam hal kasus-kasus penangkapan tersangka teroris Polri jauh dari tujuan negara RI, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
[muslimdaily.net]
Endro Sudarsono ISAC : "Polri Telah Gagal"
Posted
Rabu, September 30, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar