Densus Bidik Jamaah Ansharut Tauhid dan Abu Bakar Ba'asyir


JAKARTA - Mabes Polri membeberkan isi laptop Noordin M. Top kemarin. Meski yang ditunjukkan hanya sekitar 10 persen dari total informasi yang didapat dari penggerebekan di Mojosongo, Solo (17/9), data itu sudah cukup membuka tabir di balik aksi pengeboman di Mega Kuningan, Jakarta (17/7).

Laptop itu berisi rekaman video survei yang dilakukan duo pengebom JW Marriott dan Ritz-Carlton, Na­na Ichwan Maulana dan Dani Dwi Permana. Juga ada petikan surat Syai­fuddin Zuhri yang belum sempat dikirim untuk ke­luarga.

"Masih banyak data yang kita simpan untuk kepentingan penyidikan," kata Kepala Unit V Cybercrime Bareskrim Mabes Polri Kombespol Dr Petrus Reinhard Golose di Ruang Rupatama Mabes Polri, Jakarta, kemarin (29/9).

Selain Petrus, hadir Kadiv Humas Irjen Nanan Soekarna dan Kasubden Intelijen Densus 88 Kombes Tito Karnavian. "Semua yang ada di laptop ini fakta, bukan rekayasa," kata Petrus. Selain membeberkan isi laptop, polisi menjelaskan perkembangan penyelidikan terhadap tersangka kasus terorisme.

Salah satunya tentang dua tersangka yang merupakan anggota organisasi Jamaah Ansharut Tauhid (JAT). "Aris dan Indra yang kita tangkap di Temanggung ada­lah anggota Jamaah Anshorut Tau­hid," kata Petrus. JAT adalah organisasi yang dipimpin Abu Bakar Ba'asyir. "Diselidiki itu belum tentu salah," kata Kadiv Humas Irjen Nanan Soekarna.

Menurut Nanan, semua informasi yang didapat di lapangan akan dikembangkan. "Ada intelijen, ada penyidik, ada stricking for­ce (tim penyerang). Mereka punya peran masing-masing," katanya. Kasubden Intelijen Densus 88 Kombes Tito Karnavian menjelaskan, ada beberapa organisasi yang mendukung gerakan Noordin.

Di antaranya organisasi yang di­sebut Mujahidin Kompak. "Kom­pak itu awalnya Komite Penanggu­langan Krisis di Ambon, tapi beberapa oknumnya ternyata gemas dan sebal dengan kejadian yang ada dan menjadi pendukung Noordin," kata Tito. Namun, kata alum­nus terbaik Akpol 1986 itu, jumlah oknum Kompak sekarang semakin sedikit. "Kompak itu old times (masa lalu). Nah, yang baru itu JAT," kata Tito.

Penyebutan JAT secara terbuka oleh polisi langsung direspons keras aktivis jamaah yang berdiri pada 17 September 2008 itu. "Polisi merekayasa," kata Juru Bicara JAT Fauzan Al Anshori kepada Jawa Pos kemarin.

Menurut Fauzan, dalam JAT tidak ada kartu anggota. Siapa pun boleh bergabung. "Kalau itu di­arahkan ke JAT, sasarannya Abu Bakar Ba'asyir. Sebab, sekarang Ustad Abu adalah amir JAT," katanya.

Fauzan menduga polisi berusaha memberikan alur hukum untuk menjerat Abu Bakar Ba'asyir. "Re­kayasanya begitu. Sasaran antara Noordin, tapi yang utama justru Ustad Abu," ujarnya. Fauzan juga meragukan data Noordin yang dibeber polisi.

"Kalau namanya tanzhim sirri, itu berarti rahasia. Tidak mungkin Noordin seceroboh itu," katanya. Bahkan, lanjut Fauzan, polisi sengaja mem-blow-up isi laptop ka­rena Noordin sudah tewas. "Ti­dak bisa diverifikasi kebenarannya di pengadilan," katanya.

Namun, polisi tetap yakin bahwa semua data itu otentik. "Bagaimana mungkin kita merekayasa. Ini temuan di lapangan," kata Petrus. Salah satunya surat Syaifuddin Zuhri. "Dia menjelaskan sendiri strukturnya," katanya.

Surat itu berbunyi, "Kita adalah organisasi yang rapih pemimpinnya ada bendaharanya, ada yang ngurusin dana, ada yang tugasnya cari orang alias profokator, ada ulama yang memberikan fatwa dan pengarahan, ada yang jagain keluarga mujahid, ada yang cari mobil, ada yang cari bahan peledak, cari senjata, ada yang urusan dalam dan luar negeri, urusan politik ancaman untuk musuh, ada yang kerjaannya bikin film rekam­an, ada yang tukang antar jemput pesan/orang/barang/surat, ada yang menjadi relawan syahid dan lain sebagainya".

Syaifuddin, tampaknya, juga jeng­kel terhadap teman-temannya yang hengkang dari dakwah dan bekerja di kedutaan sebagai pe­nerjemah. "Yang berubah adalah pemimpin-pemimpin atau qiyadah-qiyadah yang telah menjual prinsip-prinsip suci dan fundamental ke sampah, meneruskan dakwah-dakwah di Kedutaan RI yang berujung pada sikap tak jelas kawan-lawan dan bermuamallah dengan thagut-thagut KBRI," tulis Syaifuddin.

Selain itu, dia mengeluh karena gagal merekrut beberapa temannya untuk bergabung. "Teman-teman Indonesia tidak ada yang memahami pergerakan Udin ini ka­rena sudah antipati dan menu­duh Udin ikut gerakan salafi muk­bil," tulisnya dalam surat. Salafi Mukbil adalah aliran salafi yang didirikan Syekh Mukbil ibn Hadi al-Wad'i. Syaifuddin belajar aliran itu di Yaman pada 1991.

Dalam video itu juga ada rekaman aktivitas Nana Ichwan Maulana dan Dani Dwi Permana. Di antaranya, mereka pernah jogging di sekitar Hotel JW Marriott bersama Syaifuddin Zuhri. Sumber Jawa Pos pernah menceritakan ini tiga minggu setelah peledakan (Bu­ru Teroris Penyuka Parfum, Jawa Pos/10 Agustus 2009).

Dani tampak tenang dan mantap dalam melaksanakan aksinya. "Ini adalah perintah fardhu ain (wajib) dan bagi yang meninggalkan itu dosa," ujarnya dalam tayangan vi­deo berdurasi dua menit itu.

Syaifuddin juga sempat menyebut Dani dan Nana sebagai mujahidin (orang yang berjihad). Dalam rekaman video tertanggal 28 Juni 2009, Syaifuddin yang berbicara sambil merekam gambar duo bomber itu juga secara jelas menyebutkan Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton sebagai sasaran.

"Ini mereka para mujahidin. Sa­at ini sedang menikmati santap sore ya. Persis di belakang tar­get yang insya Allah mereka akan se­rang dengan izin Allah Swt," ka­ta­nya sambil sesekali menyorot Hotel Marriott.

Dalam video itu juga ada adegan saat Nana memilih baju di ITC Kuningan setelah lari pagi. Juga ada adegan saat Dani bersantai dengan Nana di safe house Mampang, Jakarta Selatan.

Dari hasil penyelidikan sementara terhadap isi laptop, Polri mengungkap adanya pola baru target jaringan teroris di Indonesia. Selain itu, jarak satu aksi dengan aksi berikutnya juga berubah. "Kami lihat pascabom Ritz-Carlton-JW Marriott ini, mereka sudah membuat serangan berikutnya," kata Tito Karnavian. (rdl/iro)

jawapos.co.id

0 komentar:

Posting Komentar