Tokoh Politik di Pucuk Pimpinan ICMI

Wartaislam.com - Setelah melewati persidangan alot sampai pagi, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia berhasil memilih lima Presidium. Dua di antaranya adalah politisi yakni Priyo Budi Santoso dan Marwah Daud Ibrahim.

Pada pemilihan Selasa pagi, 7 Desember 2010, Ilham Habibie berhasil mengantongi suara terbanyak, 410. Urutan kedua diraih Nanat Fatah Nasir dengan 308 suara, urutan ketiga Marwah Daud dengan suara sebanyak 276, keempat dipegang oleh Priyo Budi Santoso dengan 271 suara, dan kelima Sugiarto dengan suara 231.

Beberapa politisi seperti bekas Sekretaris Jenderal PAN yang juga Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan gagal meraih suara untuk masuk lima besar. Sebelumnya, Ketua Umum PAN Hatta Rajasa dan Ketua Fraksi Demokrat Jafar Hafsah juga disebut akan ikut bersaing.

Menurut peneliti senior Lembaga Survei Indonesia Burhanuddin Muhtadi, masuknya para politisi dan pejabat dalam pertarungan ini atas inisiatif pribadi. “Mereka ditarik-tarik oleh pengurus internal ICMI,” kata Muhtadi menganalisis.

Muhtadi berpendapat, hal itu menunjukkan ketidakpercayaan diri ICMI terhadap perannya di kancah nasional. “Sebagian pengurus ICMI, terutama di daerah, mengidap krisis kepercayaan diri pasca-menjauhnya ICMI dari pusaran kekuasaan,” kata Muhtadi kepada VIVAnews. Dengan demikian, lanjutnya, mereka pun mencoba mendekatkan kembali aspirasi ICMI dengan elite politik.

“Tentu saja itu pikiran yang salah dan harus kita kritik,” ujar Muhtadi. Terlebih, AD/ART ICMI melarang politisi duduk di kursi presidium. “Tapi pengurus ICMI DKI, misalnya, tetap meminta dan memaksa-maksa Hatta untuk masuk dan berupaya mengubah AD/ART ICMI. Padahal Hatta sendiri enggan,” ujar Muhtadi. Akhirnya, kini Hatta pun batal menjadi Presidium karena tidak mengirim formulir kesediaan diri menjadi Presidium ICMI.

Muhtadi menegaskan, ICMI yang belakangan ini jauh dari politik kekuasaan, sudah berada pada jalur yang benar. “Lebih penting proyek kultural ICMI dibanding politik massa,” ujar Muhtadi.
Muhtadi mengingatkan, saat ICMI dipimpin oleh B. J. Habibie pada akhir-akhir masa kekuasaan Orde Baru, ICMI sempat hendak dijadikan alat politik memperkuat legitimasi Soeharto. Oleh karena itu, ujarnya, jangan sampai hal serupa terulang kembali.

Sementara mengenai Priyo Budi Santoso yang mengklaim telah mendapat dukungan daerah menjadi Presidium, Muhtadi mengakui Priyo sudah lama bergabung dengan ICMI. “Dari dulu saat Priyo masih menjadi aktivis, dia sudah aktif di organisasi sayap ICMI,” tutur Muhtadi. Tapi, sambungnya, alangkah baiknya bila tokoh politik tidak menjabat sebagai pimpinan puncak ICMI, karena hal itu pun akan bertabrakan dengan AD/ART ICMI.

Priyo Budi Santoso yang juga salah satu Ketua Partai Golkar menyatakan ICMI akan bersikap netral dan independen terhadap Pemerintah dan politik. Meski di antara Presidium ICMI ini terdapat politikus dan pejabat pemerintah, namun mereka akan tetap independen dan netral untuk memajukan bangsa dan kemaslahatan masyarakat.

Oleh karena itu, kata dia, untuk memajukan ICMI dan akan memberikan masukan terhadap pemerintah dan politik. Presidium terpilih yang aktif di partai politik (Parpol) akan melepaskan "bendera partai" masing-masing, kata Priyo usai Muktamar, Selasa 7 Desember 2010.

Meski independen dari Pemerintah, ICMI tidak boleh alergi terhadap Pemerintah namun juga tidak boleh membungkuk terhadap kebijakan pemerintah. ICMI, kata Priyo, akan terus memberikan masukan terhadap pemerintah demi kemaslahatan bangsa dan masyarakat.

Sementara itu, Ilham Habibie mengatakan, dia bersyukur terpilih menjadi Presidium ICMI tahun 2010-2011. Dalam menjalankan amanat, putra pendiri ICMI BJ Habibie itu menyatakan akan mengutamakan musyawarah mufakat. Jika tidak ada maka akan dilakukan voting.

Lebih lanjut Ilham mengatakan, selama menjabat menjadi Presidium, ada tiga hal yang harus dilakukan oleh ICMI. Pertama organisasi itu harus mempunyai kepemimpinan solid. Kedua, harus memperkuat organisasi dari tingkat Organisasi Wilayah dan Organisasi Daerah. Ketiga, ICMI harus terasa sampai akar rumput, jangan hanya sebatas konsep.(vivanews)

0 komentar:

Posting Komentar