(wartaislam.com) Banda Aceh - Fatwa haram merokok oleh Muhammadiyah sebaiknya diterapkan lebih dahalu untuk kalangan anggota organisasi Islam itu sehingga tidak menimbulkan pro kontra antarumat, begitu Sekretaris Pengurus Besar Rabithah Taliban Aceh, Tgk. Asqalani di Banda Aceh, Senin.
"Sebaiknya fatwa tersebut diterapkan di kalangan pengikut Muhammadiyah sebagai contoh bagi umat Islam lainnya," kata Asqalani.
Ia menyatakan, pengikut Muhammadiyah cukup besar, apalagi organisasi itu memiliki lembaga pendidikan sendiri mulai SD sampai perguruan tinggi.
Asqalani memperkirakan, mungkin ada mahasiswa dan dosen di Muhammadiyah yang merokok sehingga alangkah baiknya haram merokok diterapkan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah sehingga menjadi contoh bagi umat Islam lainnya.
Situasi ini makin pelik karena masih ada ulama berpendapat bahwa hukum menghisap rokok itu makruh.
"Sebenarnya fatwa tersebut tidak begitu berpengaruh. Saya lihat masih banyak orang yang merokok. Jangankan rokok, salat wajib lima waktu yang sudah jelas ada perintahnya dari Allah SWT, masih banyak umat Islam yang meninggalkannya," katanya.
Menurutnya, semua tergantung kepada individu, tinggal tugas organisasi kemasyarakatan Islam yang memberi pengarahan kepada anggotanya.
Asqalani berharap pemerintah tidak langsung menerima fatwa itu, karena dampak sosial ekonomi masyarakat keseluruhan mesti dilihat.
"Kalau sampai pabrik rokok ditutup, maka dampaknya akan terjadi pengangguran besar-besaran. Untuk itu, pemerintah harus bijaksana untuk mengambil keputusan," katanya seraya menyebut menaikkan cukai rokok setinggi-tingginya sebagai alternatif terbaik membatasi perokok.
sumber : antara
foto : viva
0 komentar:
Posting Komentar