(wartaislam.com) WASHINGTON - Kementerian Keuangan AS, Kamis (18/3/2010) memberlakukan sanksi-sanksi pada dua perusahaan di Gaza --Bank Nasional Islam dan Televisi Al Aqsa -- karena hubungan mereka dengan gerakan Hamas yang berkuasa di wilayah itu.
Kementerian itu mengatakan, sanksi-sanksi tersebut melarang orang AS melakukan transaksi dengan perusahaan-perusahan tersebut dan berusaha membekukan aset yang mungkin mereka miliki di wilayah hukum AS. Hamas disebut-sebut oleh kementerian itu sebagai organisasi "teroris global yang dirancang secara khusus".
Menurut kementerian itu, sanksi-sanksi diberlakukan terhadap Bank Nasional Islam, yang dibuka Hamas pada April 2009, karena memberikan pelayanan finansial kepada anggota-anggota dan pegawai Hamas, termasuk anggota sayap militernya. Kementerian itu mengatakan, bank itu tidak memiliki izin resmi dari Otoritas Moneter Palestina dan beroperasi di luar sistem finansial sah.
Pada Mei 2009, Kementerian Keuangan AS mengatakan, kantor keuangan Hamas di Gaza memasukkan dana 1,1 juta euro ke Bank Nasional Islam dan menggunakan dana itu untuk membayar gaji anggota sayap militer Hamas yang memiliki rekening di bank tersebut.
Kementerian itu mengatakan, Televisi Al Aqsa didanai dan dikendalikan oleh Hamas dan berfungsi sebagai saluran media utama Hamas yang menyiarkan program-program "yang dirancang untuk merekrut anak-anak menjadi gerilyawan bersenjata Hamas dan pembom bunuh diri ketika mereka dewasa".
Sementara itu, kelompok Palestina pada Kamis menembakkan sebuah roket dari Gaza ke Israel, menewaskan seorang buruh tani Thailand. Itu merupakan serangan pertama dari wilayah itu yang mengakibatkan kematian sejak berakhirnya perang yang diluncurkan Israel terhadap Hamas di Gaza pada Januari 2009. Satu kelompok Gaza yang sebelumnya tak dikenal, Ansar al-Sunna, mengaku bertanggung hawab atas serangan tersebut.
Hamas hingga kini masih terlibat dalam konflik dengan Israel, yang menarik diri dari wilayah pesisir Jalur Gaza pada 2005 namun tetap memblokadenya. Perang di dan sekitar Gaza meletus lagi setelah gencatan senjata enam bulan berakhir pada 19 Desember 2008.
Israel membalas penembakan roket kelompok Palestina ke negara Yahudi tersebut dengan melancarkan gempuran udara besar-besaran dan serangan darat ke Gaza dalam perang tidak sebanding yang mendapat kecaman dan kutukan dari berbagai penjuru dunia.
Pasukan Israel juga berulang kali mengebom daerah perbatasan Gaza dengan Mesir sejak mereka memulai ofensif pada 27 Desember 2008 dalam upaya menghancurkan terowongan-terowongan penyelundup yang menghubungkan wilayah miskin Palestina itu dengan Mesir.
Angkatan Udara Israel mengebom lebih dari 40 terowongan yang menghubungkan wilayah Jalur Gaza yang diblokade dengan gurun Sinai di Mesir pada saat ofensif itu dimulai.
Terowongan-terowongan yang melintasi perbatasan itu digunakan untuk menyelundupkan barang dan senjata ke wilayah Jalur Gaza yang terputus dari dunia luar karena blokade Israel sejak Hamas menguasainya pada 2007.
Operasi "Cast Lead" Israel itu, yang menewaskan lebih dari 1.400 orang Palestina yang mencakup ratusan warga sipil dan menghancurkan sejumlah besar daerah di jalur pesisir tersebut, diklaim bertujuan mengakhiri penembakan roket dari Gaza. Tiga belas warga Israel tewas selama perang itu.
Proses perdamaian Timur Tengah macet sejak konflik itu, dan Jalur Gaza yang dikuasai Hamas masih tetap diblokade oleh Israel.
Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari. Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas.
sumber : kompas
foto : AFP
0 komentar:
Posting Komentar