Surat kabar Mesir, Al Shaab melaporkan pada hari Sabtu bahwa pemerintah Mesir akan membangun pagar listrik di sekeliling kota Rafah untuk mengurangi penyelundupan barang-barang ke Jalur Gaza, setelah sebelumnya membangun pagar baja.
Disebutkan bahwa pagar keamanan itu akan membuat Rafah terisolasi dari Semenanjung Sinai, ditambah dengan keputusan pemerintah untuk membangun tiga gerbang di dalam pagar-pagar tersebut.
Dalam konteks terkait, ratusan anak-anak Palestina pada hari Sabtu berpartipasi menduduki penyeberangan perbatasan Rafah dalam sebuah unjuk rasa atas dibangunnya tembok baja oleh Mesir di perbatasannya dengan Gaza.
Anak-anak membawa spanduk yang mengecam Mesir karena memperketat kepungan terhadap anak-anak Gaza dan menjauhkan mereka dari menjalani kehidupan normal.
Salah satu anak membaca sepucuk surat yang meminta kepada pemerintah Mesir untuk menghentikan pembangunannya di perbatasan Rafah dan membuka penyeberangannya secara permanen.
Surat itu mengatakan tembok yang dibangun Mesir lebih buruk daripada tembok Berlin.
Muslim Brotherhood di Mesir juga mengecam keras pemerintah Mesir karena membangun tembok baja itu, mengatakan bahwa rezim Mesir telah berdalih untuk meningkatkan penderitaan rakyat Palestina di Gaza sesuai dengan yang didiktekan Zio-Amerika.
Dalam pernyataannya, kelompok Muslim Brotherhood menyerukan pada pemerintah Mesir untuk segera menghentikan pembangunan tembok dan mengijinkan konvoi “Lifeline” masuk ke Gaza.
Disebutkan bahwa jika Mesir benar-benar ingin mengakhiri persoalan terowongan Gaza, maka mereka harus membuka perbatasan Rafah secara permanen.
Sementara itu, sejumlah pemberitaan yang beredar pada bulan Desember menyebutkan bahwa Mesir tengah membangun tembok baja yang menembus bawah tanah yang memiliki kedalaman 30 meter (100 kaki) dan memiliki panjang 10 kilometer (6 mil) di sepanjang perbatasan Rafah.
Penghalang tersebut kabarnya telah menghancurkan banyak terowongan yang berfungsi sebagai jalur penyambung kehidupan warga Palestina di sepanjang perbatasan. Terowongan-terowongan tersebut digali sejak Israel dan Mesir berkomplot dan “mengunci” Jalur Gaza dari segala bentuk bantuan setelah Hamas mengambil alih jalur Gaza pada bulan Juni 2007.
Israel, yang menuding Palestina telah menyelundupkan pesenjataan melalui terowongan-terowongan tersebut, meledakkan beberapa diantaranya dalam pembantaian Gaza pada bulan Desember tahun lalu hingga Januari 2009.
Namun, para penduduk Palestina memulai kembali proses rekonstruksi terowongan yang sejatinya dipergunakan untuk mengirimkan barang-barang kebutuhan pokok ke Gaza dari Mesir.
Sejumlah sumber mengungkapkan salah satu rahasia dari tembok kematian yang dibangun oleh pemerintah Mesir di perbatasan dengan Jalur Gaza. Ada sebuah sistem perairan yang memang dirancang untuk membanjiri terowongan-terowongan di Gaza dan menenggelamkan siapapun yang coba-coba menggali terowongan baru.
Sumber-sumber tersebut mengatakan bahwa ada sejumlah lubang yang tengah digali di sisi perbatasan Palestina, dan ada pipa-pipa yang panjangnya mencapai 20 hingga 30 meter yang dimasukkan ke dalam lubang-lubang tersebut.
Pengerjaan pembangunan tembok tersebut dilaksanakan oleh para pekerja Mesir yang dipekerjakan oleh sejumlah “kontraktor Arab” seiring dengan kehadiran sejumlah insinyur asing di lokasi pembangunan tersebut.
Menurut keterangan sumber-sumber tersebut, sebuah pipa air utama sepanjang 10 kilometer akan dipergunakan untuk menghisap air dari laut dan kemudian didistribusikan ke serangkaian pipa yang dipendam di dalam tanah, yang terpisah sekitar 30 hingga 40 meter. Pipa-pipa tersebut kemudian akan dipergunakan sebagai barisan pertama “pertahanan” untuk menghabisi para penggali terowongan.
Sumber-sumber tersebut menambahkan bahwa pipa-pipa tersebut memiliki “pori-pori” dan secara berkala akan membasahi tanah, hal itu akan menyebabkan runtuhnya terowongan-terowongan yang sudah ada, mempersulit upaya untuk menggali terowongan yang baru dan menimbulkan dampak yang berbahaya terhadap tanah di Palestina, sementara tanah Mesir tidak akan turut terpengaruh oleh efek-efek tersebut karena telah dilindungi oleh tembok baja Mesir.
Jalur Gaza, yang telah dikurung selama lebih dari tiga tahun, sepenuhnya bergantung kepada terowongan-terowongan tersebut untuk mendatangkan pasokan makanan, susu, bahan bakar dan berbagai kebutuhan pokok lainnya yang dikirimkan dari ujung terowongan yang ada di Mesir. Bukan hanya itu, Mesir juga mendapatkan keuntungan ekonomi dari terowongan-terowongan tersebut./suaramedia.
0 komentar:
Posting Komentar