Para pelancong Muslim diperkirakan akan menghadapi lebih banyak interogasi dan penggeledahan tubuh di bandara-bandara Inggris menyusul upaya teror yang gagal terhadap sebuah pesawat AS.
“Para penumpang Muslim harus bersiap untuk memberikan penjelasan yang lebih detail kepada petugas bandara tentang mengapa dan ke mana mereka akan terbang,” ujar Profesor Anthony Glees, direktur Pusat Keamanan dan Studi Intelijen Universitas Buckingham, kepada koran Express pada hari Selasa, 29 Desember.
Umar Farouk Muttalab, warga Nigeria berusia 23 tahun, mencoba meledakkan pesawat trans-Atlantik Northwest Airlines di atas langit Detroit, AS, minggu lalu.
Ia adalah presiden Masyarakat Islam University College London antara tahun 2006 dan 2007, menurut juru bicara universitas.
Ia juga merupakan mahasiswa penuh waktu di universitas prestisius itu mulai tahun 2005 hingga 2008.
“Saya meminta kaum Muslim di mana pun untuk bersiap menjadi subyek penggeledahan tambahan selama beberapa minggu, mungkin bulan, ke depan hingga MI5 dan polisi selesai menyelidiki kasus ini,” ujar Glees.
Plot yang gagal itu telah memicu standar keamanan besar-besaran di bandara-bandara seluruh dunia.
Kebanyakan bandara telah lebih dulu menggeledah tubuh para penumpang yang mengantri dengan ekstensif.
Para pelancong bahkan terpaksa harus memberikan waktu beberapa jam tambahan demi keamanan.
Namun pakar anti teror meyakini bahwa penumpang Muslim akan dibedakan di pintu keamanan bandara karena penumpang nonMuslim tidak akan mentolerir peningkatan pemeriksaan terhadap mereka.
“Ini tidak akan dapat diterima oleh publik yang sedang bepergian dan membuat perjalanan udara menjadi sebuah mimpi buruk.”
“Profiling penumpang adalah solusi rasional untuk saat ini.”
Glees mengakui bahwa sebagian besar kaum Muslim menentang ideologi ekstremis Al Qaeda.
“Kebanyakan kaum Muslim tidak memiliki kaitan apa pun dengan Al Qaeda dan samasekali tidak memiliki apa pun untuk disembunyikan,” ujarnya.
“Namun faktanya, orang-orang yang melakukan serangan semacam ini selalu seorang Muslim.”
Sebuah survei Populus menemukan bahwa 98% dari dua juta penduduk Muslim Inggris akan merasa malu jika ada anggota keluarganya yang bergabung dengan Al Qaeda.
“Aksi dari seseorang yang salah jalan seharusnya tidak menodai reputasi mayoritas,” ujar Muhammad Abdul Bari, ketua Dewan Muslim Inggris (MCB).
Ia bersikukuh bahwa mayoritas dari 100.000 pelajar Muslim di seluruh universitas di Inggris adalah warga yang patuh hukum dan memainkan peran aktif dalam kehidupan mahasiswa.
“Para pelajar Muslim, yang datang ke Inggris dari seluruh dunia telah banyak berkontribusi terhadap kebudayaan, masyarakat, dan ekonomi Inggris,” ujarnya./suaramedia.
0 komentar:
Posting Komentar