Papan Iklan Museum Thailand Sulut Kemarahan Yahudi

BANGKOK – Operator museum lilin di Pattaya terpaksa menutup sebuah papan iklan raksasa bergambar Adolf Hitler yang sedang memberikan salam khas Nazi setelah duta besar Israel menyebutnya ofensif dan sangat tidak bercita rasa.

Papan iklan itu – bersama dengan tiga papan iklan lainnya bergambar orang-orang terkenal yang telah tiada – terletak di jalan tol utama ke arah Pattaya, sebagai bagian dari kampanye iklan untuk mempromosikan patung lilin Louis Tussaud yang akan dipamerkan awal bulan depan. Slogan dalam bahasa Thai di iklan itu berbunyi: “Hitler belum mati.”

Direktur pengelola musem, Somporn Naksuetrong, meminta maaf atas papan iklan itu dan mengatakan bahwa perusahaan iklan yang bertanggung jawab atas kampanye itu tidak berniat menyinggung pihak mana pun.

“Kami menganggap Hitler sebagai orang penting, tapi bukan dengan arti yang bagus,” ujarnya.

“Di museum, kami tidak memamerkannya bersama dengan pemimpin-pemimpin yang lain, kami memajangnya di bagian menakutkan.”

Somporn mengatakan sejak dipasangnya papan iklan itu dua minggu yang lalu, mereka telah menerima 100 komplain dan sebuah surat protes dari Kedutaan Israel.

Ia mengatakan bahwa mereka akan meneruskan konsep promosinya namun dengan memasang orang terkenal lain untuk menggantikan diktator Jerman itu.

Duta besar Jerman Hanns Schumacher melihat papan iklan itu ketika menghadiri pembukaan Pusat Perkembangan dan Perlindungan Anak di Pattaya akhir pekan lalu. Ia mengatakan pada perwakilan Dewan Kota Pattaya dan komunitas bisnis setempat bahwa “iklan tanpa cita rasa semacam ini akan melukai perasaan banyak orang.”

“Itu juga akan menciptakan konsekuensi negatif bagi Pattaya sebagai destinasi populer para turis,” ujar kedutaan sambil menambahkan bahwa mereka telah menghubungi Kementerian Luar Negeri atas persoalan itu.

“Kedutaan Jerman akan sangat menghargai jika poster itu disingkirkan secepat mungkin,” ujarnya.

Duta Besar Israel Itzak Shoham mengatakan bahwa kedutaan telah menerima banyak keluhan mengenai papan iklan itu dan telah meminta pihak berwenang terati untuk segera mencabutnya.

“Citra Adolf Hitler dan tulisan yang ada di bawahnya tidak hanya menyinggung para korban Holocaust yang masih hidup tapi juga siapa pun yang menentang perilaku rasis. Iklan itu mendatangkan memori menakutkan tentang seorang diktator dalam Perang Dunia II,” ujarnya.

Shoham mengatakan banyak turis Israel yang berlibur di Pattaya terkejut melihat papan iklan itu di jalan tol. “Sangat tidak dapat diterima bahwa “monster” seperti Adolf Hitler dipamerkan di muka umum,” ujarnya. “Bagaimana ini bisa terjadi benar-benar tidak dapat saya pahami dan mengerti. Papan iklan itu harusnya sudah disingkirkan dalam hitungan jam, bukan hari.”

Ia juga mendesak operator untuk menyingkirkan patung lilin Hitler dari museum.

Memajang citra Nazi tidak hanya menyinggung menurut hukum Thai tapi di Jerman itu merupakan sebuah tindak kriminal yang memiliki sanksi hingga tiga tahun penjara.

Somporn mengatakan bahwa mereka mempertimbangkan untuk memotong harga tiket masuk museum sebagai tanda permintaan maaf.

Di Asia, penggunaan citra Nazi tidak menimbulkan reaksi emosional yang sama seperti di Barat, dan Thailand pun telah beberapa kali menggunakan ikon rezim Jerman itu untuk iklan dan hiburan.

Dua tahun lalu, sebuah sekolah Thailand meminta maaf kepada organisasi hak asasi manusia Yahudi karena telah mensponsori sebuah acara peringatan yang melibatkan parade bertema Nazi untuk hari olahraga. Foto-foto dari acara itu memperlihatkan para murid sekolah mengenakan topi bisbol berlambang swastika di belakang sebuah tanda besar dengan huruf-huruf “NAZI” setinggi pundak.

Di tahun 1998, sebuah iklan keripik kentang memasang gambar Hitler yang memberikan salam Nazi dan kemudian memperlihatkan seorang wanita yang memantrainya saat ia memakan keripik kentang itu, berharap dapat mengubah kejahatannya. Sebuah swastika tertempel di logo produk itu ketika tranformasi selesai.

Selain itu, sebuah “Bar Nazi” dibuka di tengah kota Bangkok di akhir 1980an, memasang beberapa foto tentara Nazi dan para pelayannya mengenakan gelang tangan swastika. Manajer bar mengatakan bahwa tema tersebut “sangat berpengaruh dan menarik”.

Bar itu mengubah namanya menjadi “Bar Tanpa Nama” setelah publisitas yang buruk di Thailand dan luar negeri./suaramedia.



0 komentar:

Posting Komentar