Aksi vandalisme anti-Islam ini dilaporkan oleh seseorang yang kebetulan lewat di depan mushola itu pada polisi pada Rabu (19/8) pagi. Polisi kota Toul masih menyelidik kasus ini dan belum ada orang yang dicurigai sebagai pelakunya. Namun anggota parlemen kota Toul, Nadine Morano yang juga menjabat sebagai menteri muda urusan keluarga di pemerintah Presiden Nicolas Sazkozy mengecam keras dan menyebut aksi vandalisme itu sebagai "tindak kekerasan yang tidak bisa diterima." Ia mendesak kepolisian untuk mencari pelakunya.
Aksi vandalisme terhadap tempat-tempat ibadah Muslim bukan kali ini saja terjadi di Prancis seiring dengan makin meningkatnya sikap Islamofobia dalam dua tahun belakangan ini di negeri yang paling banyak penduduk Muslimnya di daratan Eropa itu. Selain masjid, pemakaman milik warga Muslim juga kerap menjadi sasaran aksi vandalisme.
Kebijakan pemerintahan sayap kiri Sarkozy dituding sebagai penyebab makin tingginya sikap anti-Islam di Prancis. Setelah diberlakukan larangan berjilbab bagi para muslimah, pemerintahan Sarkozy membentuk tim khusus beranggotakan 32 anggota legislatif untuk menggodok undang-undang yang melarang para muslimah mengenakan burka.
Sejumlah pengamat termasuk komunitas Muslim mengkritik kebijakan Sarkozy itu karena bertentangan dengan prinsip sekularisme yang dianut Prancis serta melanggar kebebasan berekspresi serta kebebasan beragama yang dijamin oleh undang-undang Prancis.
"Prancis sedang bertempur dengan nilai-nilai sekularnya sendiri. Kebebasan tidak bisa dihadap-hadapkan atas nama kebebasan itu sendiri. Apakah pemerintah Prancis akan menjadi 'Taliban'nya Eropa yang mengatur apa yang harus dikenakan perempuan?" kritik seorang pengamat./eramuslim.
0 komentar:
Posting Komentar