KH Dedi Mulyadi : 3 Elemen Dasar Pola Pendidikan Islam

Wartaislam.com - Keberhasilan Rasulullah di dalam menerapkan pendidikan Islam didasarkan kepada konsep pendidikan Rabbani, di mana selain menjadi pengajar juga menjadi murrabi. Konsep aqrobin, kalau kita saat ini mengenal homeshooling, benar-benar dijalankan olehnya secara sempurna. 

Isyarat yang tercantum dalam al-Quran ditafsirkan menjadi pola pendidikan Islam yang mampu membtnuk karakter seorang pribadi muslim yang beriman, bertakwa dan berakhlakul karimah Demikian diungkapkan KH Dedi Mulyadi, pimpinan Pondok Pesantren Fathussalam Al-Mubarok, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung saat dimintai pandangannya tentang konsep pendidikan Islam oleh Warta Islam.com baru-baru ini.

Katanya, pola pendidikan Islam akan berhasil diterapkan bila didukung oleh tiga elemen dasarnya, yaitu wali nasab, waliyul ilmi dan waliyul amri. Wali nasab, adalah orangtua yang menjadi pilar utama dalam pendidikan generasi, selain mendidika anak-anaknya di rumah, posisi para orangttua pun menjadi pendidik umat pula di lingkungannya. Waliyul ilmi ialah guru yang mengajar di sekolah, madrasah atau pesantren dan waliyul amri yaitu Pemerintah yang memiliki kebijakan dalam soal ini. 

Tetapi menurutnya, baru wali nasab dan waliyul ilmi yang bisa berjalan beriringan, sedangkan waliyul amri belum berperan optimal khususnya bagi generasi muslim. Saat ini belum ada kebijakan dari Pemerintah agar anak-anak muslim diberikan jam khusus untuk menunaikan Shalat wajib atau Shalat Jumat saat pendidikan itu dijalankan.

”Lingkungan yang baik itu harus diciptakan bukan sekedar dicari. Lingkungan terkecil yang harus mampu diciptakan secara baik adalah lingkungan keluarga. Tak salah bila para orangtua harus mampu menanamkan aqidah yang kokoh sehingga akan mampu melahirkan generasi yang berahklak mulia,” terangnya yang di pesantrennya pun dilakukan kajian tentang tahapan-tahapan pendidikan Islam.

Dia sangat menyayangkan generasi muslim yang menginjak remaja tampak menurun untuk menimba ilmu-ilmu agama yangs angat dibutuhkannya. Dalam poandangannya, hal itu disebab oleh persoalan iternal dan eksternal. Secara internal, bisa jadi karena kesibukan sekolah menyebabkan genearsi muslim tak memliki waktu untuk itu dans ecara eksternal bisa jadi memang telah diprogramkan oleh orang-orang yang tidak suka dengan Islam dan terlebih janji syetan memang akan menghalangi setiap langkah umat Islam dalam kebaikan. 

“Kita justeru sering terjebak dan mengadopsi saerta membangga-banggakan pendidikan ala Barat, sedangkan pola pendidikan Islam terkadang tidak terlalu diperhatikan. Sesungguhnya jika mau menggali secara optimal al-Quran dan as-Sunnah sangat banyak sekali metode pendidikan Islam yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari” tambah Dedi.

KH Dedi pun menegaskan, tantangan ke depan akan semakin berat. Olehs ebab itu menyiapkan generasi yang tangguh sejak saat ini adalah sebuah keharusan. Setiap orangtua tentu saja harus berusaha secara optimal dan menyadarkan upaya mendidikan generasi dengan pola-pola pendidikan yang telah tercantum dalam al-Quran dan meneladani pola pendidikan Rasulullah.

Sebagai seorang muslim, katanya, pendidikan yang dijalankan harus pula menciptakan generasi yang selalu taat kepada Allah dalam kondisi dan waktu apapun. Jika seorang muslim sudah taat kepada Allah sudah tentu ia pun akan taat kepada yang lain. Dia akan taat kepada orangtuanya, taat kepada guru atau taat kepada orang yang selalu dihormati. “Generasi muslim sudah seharusnya dibina dan dididik untuk mendapatkan sertifikasi saleh seperti yang telah didapatkan oleh Nabi Ibrahim. Sertifikasi saleh yaitu saleh secara ritual dan saleh juga secara sosial,” katanya.

Akhirnya Dedi berharap kepada setiap orangtua muslim untuk terus belajar tentang pendidikan Islam agar mampu melahirkan generasi Rabbani yang selalu taat kepada Allah dan memiliki manfaat untuk sesamanya.***(WI.003).

0 komentar:

Posting Komentar