SURABAYA--Muktamar Muhammadiyah ke-46 yang bakal berlangsung 3-8 Juli 2010 di Yogyakarta menjadi memomentum bersejarah. Selain diselenggarakan bertepatan dengan perjalanan panjang Persarikatan Muhammadiyah yang telah berusia 100 tahun atau satu Abad, muktamar kali ini sekaligus akan dijadikan Muktamar Mandiri.
Guna mewujudkan tekad tersebut, Selasa (12/1), Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsudin mencanangkan Gerakan Infaq (GI) 2000 di SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya.
GI 2000 diawali Din dengan memasukkan uang pecahan Rp 2000 dalam sebuah wadah (tempat) tradisional berupa anyaman bambu berbentuk kerucut atau lebih dikenal dengan kukusan (baca:Jawa). Kemudian, infag diikuti oleh ratusan siswa dan para guru SD Muhammadiyah yang ada di Surabaya. Infaq saat itu terkumpul Rp 20.500.000, dan diserahkan perwakilan siswa langsung kepada Din Syamsudin.
Gerakan Infaq 2000 ini, kata Dien, memang dilakukan untuk mewujudkan tekad menjadikan Muktamar Muhammdiyah ke -46 di Yogyakarta sebagai Muktamar Mandiri. Kenapa harus GI 2000? Menurut Din, karena setiap warga dianjurkan berinfaq minimal Rp 2000. Sebab, pecahan Rp 2000 saat ini menjadi uang kertas terkecil nilainya karena pecahan Rp 1000 akan segara ditarik dari masayarakat.
"Kita ingin menyelenggarakan muktamar dengan kekuatan sendiri, karena biayanya relatif kecil, yakni hanya Rp 20 miliar. Jumlah ini jauh lebij kecil dari Rp 6,7 triliun (kucuran uang untuk bank Century--red)," tandas Din Syamsudin.
Saat ini, kata dia, panitia muktamar telah mengumpulkan dana sekitar Rp 10 miliar. Semua dana yang telah terkumpul itu berasal dari warga Muhammadiyah. Antara lain dari semua sekolah, perguruan tinggi Muhammadiyah, rumah sakit-rumah sakit dan lembaga amal usaha Muhammadiyah lainnya.
Kekurangan dana muktamar itu, kata dia, panitia tidak perlu meminta-minta ke luar Muhammadiyah, tapi cukup dari warga dan anak-anak siswa sekolah Muhammadiyah di seluruh pelosok Nusantara. "Saya ingin mencanangkan Gerakan Infaq 2000. Dianjurkan infaq minimal Rp 2000 bagi seluruh siswa SD, SMP, SMU, universitas, dan lembaga-lembaga yang ada di Muhammadiyah," papar Din.
Dia berharap Gerakan Infaq 2000 ini akan berjalan sampai menjelang berlangsungnya muktamar pada awal Juli 2010. "Sesuai tekad kita Muktamar Mandiri, Insyaallah dana Rp 20 miliar bisa tertanggulangi," imbuhnya.
Din mengatakan, GI 2000 tidak semata-mata dijalankan dalam rangka menjadikan Muktamar satu Abad Muhammadiyah menjadi Muktamar Mandiri.
Akan tetapi, gerakan infaq ini diluncurkan dalam rangka menggairahkan kembali semangat berinfaq di kalangan warga Muhammadiyah khususnya, dan umat Islam.
Dikatakan dia, selama ini kemandirian sudah menjadi budaya. Muhammadiyah, menurutnya, tidak pernah meminta bantuan atau bermitra dengan pemerintah, apalagi hanya untuk muktamar. Kerja sama hanya dilakukan oleh lembaga-lembaga amal usaha yang ada dalam Muhammadiyah. "Untuk muktamar kita tidak pernah minta bantuan presiden, wakil presiden maupun menteri-menteri," tutur Din.
Din mengakui tekad menjadikan Muktamar Mandiri memang terkesan 'melawan' arus. Namun yang pasti, kata dia, kemandirian itu untuk melawan keterjajahan, ketidakmampuan, dan semacamnya. Apalagi, sambung dia, kemandirian sudah menjadi budaya dan tradisi Muhammadiyah. "Jauh sebelum negara ini ada, Muhammadiyah telah berbuat untuk bangsa ini," tandasnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua PWM Jatim Prof Dr Syafiq Mughni menambahkan, pihaknya akan berupaya mensukseskan GI 2000 yang telah dicanangkan Ketum Muhammadiyah Din Syamsudin. Suksesnya GI 2000, kata dia, adalah sukses Muktamar Mandiri.
Dia menegaskan, PWM Jatim tidak akanmeinta bantuan dari luar Muhammadiyah. Ini agar Muktamar Satu Abad Muhammadiyah benar-benar mandiri, tidak ada intervensi pihak lain, sepeti pemerintah, misalnya.
"Kami berharap Muktamar Mandiri murni dari dan untuk warga Muhammadiyah, tidak ada inervensi pihak lain. Sehingga, kemandirian berpikir, berpendapat, dan memilih pemimpin pun tak ada intervensi," tegasnya./republika
0 komentar:
Posting Komentar