LONDON– Pimpinan mata-mata di balik dokumen-dokumen Irak yang mencurigakan kemarin menjelaskan bahwa Tony Blair “melebih-lebihkan” kekuatan intelijen dengan menggunakan kata-kata politik untuk menciptakan alasan melakukan perang. Sir John Scarlett mengatakan klaim dari sang mantan perdana menteri bahwa agen mata-mata telah memastikan Saddam Hussein memiliki “senjata pemusnah massal” cukup terpisah dari naskah dokumen itu sendiri.
Sir John, mantan kepala Komite Intelijen Gabungan, mengakui bahwa klaim yang menyebutkan Saddam dapat menembakkan senjata kimia dalam waktu 45 menit juga merupakan kesalahan terjemahan.
Ia mengakui bahwa akan lebih baik jika dokumen itu menyebutkan bahwa klaim yang tertulis merujuk hanya pada
amunisi untuk pertempuran dan bukan senjata – yang kemudian diartikan sebagai rudal-rudal yang mampu mengenai markas Inggris di Siprus. Meski demikian ia menolak anggapan telah memanipulasi isi dokumen.
“Tidak ada niat secara sadar untuk memanipulasi bahasa atau menciptakan kesalahpahaman seperti apa yang mereka maksudkan,” ujarnya.
Sir John, yang baru-baru ini telah pensiun sebagai kepala MI6, juga mengungkapkan bahwa Blair tidak pernah merasa harus menanyakan padanya tentang intelijen baru yang diterima sepuluh hari sebelum perang meletus, yang memperjelas bahwa senjata kimia dan rudal Irak telah “dibongkar”.
“Laporan intelijen itu langsung menuju ke Perdana Menteri dan menteri-menteri senior,” ujarnya.
Sir John membantah bahwa ia telah ditekan oleh pemerintah untuk melebih-lebihkan laporannya untuk membantu membenarkan keterlibatan Inggris dalam invasi ke Irak.
Sir John Scarlett bertanggung jawab atas dokumen bulan September tahun 2002 yang mengklaim Irak dapat menembakkan senjata pemusnah massal dalam waktu 45 menit, sebuah klaim yang kemudian disebut sebagai “dokumen mencurigakan”.
Hari Selasa lalu, Adam Holloway, seorang anggota parlemen oposisi dari partai Konservatif, mengatakan bahwa klaim 45 menit dalam dokumen itu berasal dari seorang sopir taksi.
“Klaim itu datang dari seorang sopir taksi di perbatasan Irak-Yordania, yang masih mengingat percakapan yang ia dengar dari kursi belakang taksinya dua tahun sebelumnya,” bunyi laporan Halloway.
Ditambahkan pula bahwa pemerintah telah mengabaikan peringatan tentang kevalidan data intelijen dan informasi itu menjadi salah satu intisari dokumen yang mencurigakan tersebut.
Sebuah investigasi terhadap intelijen pra perang di Inggris menyebutkan bahwa menyalahkan Sir John atas dokumen itu akan bersifat tidak adil.
Sir John juga mengatakan bahwa informasi yang diterima beberapa hari menjelang invasi yang menyebutkan bahwa Irak telah melucuti rudal-rudalnya dan tidak memiliki kepala rudal yang dapat mengangkut senjata kimia atau biologis tidak akan “mengubah permainan”.
Ia mengatakan bahwa informasi itu dianggap sebagai bagian dari kebijakan penyembunyian Saddam saat itu.
Sir John, terlepas dari kritik yang ditujukan padanya mengenai Perang Irak, menjadi kepala MI6 (Agen Intelijen Rahasia Inggris) di tahun 2004, jabatan yang ia pegang hingga bulan lalu.
Sejumlah kritik mengatakan bahwa penyelidikan itu tidak memenuhi kualifikasi untuk menemukan kebenaran, namun John Chilcott, ketua penyelidikan, menjanjikan bahwa tidak ada yang disembunyikan.
Tony Blair, perdana menteri Inggris di masa invasi, diharapkan akan hadir dalam dengar pendapat awal tahun depan, dengan sebuah laporan mengenai perang yang dikeluarkan pada akhir 2010./suaramedia.
0 komentar:
Posting Komentar