Muallaf "Si Burung Merak" Mencari Hidayah


Ketika maut mencegatnya di delapan penjuru/Sang ksatria berdiri dengan mata bercahaya/Hatinya damai/di dalam dadanya yang bedah dan berdarah/karena ia telah lunas/menjalani kewajiban dan kewajarannya.

Puisi berjudul Sajak Peperangan Abimanyu (Untuk puteraku, Isaias Sadewa) karya dramawan dan penyair besar Indonesia WS Rendra ini tampaknya pas untuk melepasnya menuju Sang Khalik. Selepas shalat Jumat (8/8) ini, Si Burung Merak akan dimakamkan di lingkungan Bengkel Teater WS Rendra, di Cipayung, Citayam, Depok.Jumat adalah hari yang dianggap 'istimewa' bagi umat Muslim, karena pada hari ini kaum Muslim di seluruh dunia diwajibkan untuk datang ke mesjid mendengarkan khutbah dan menjalani shalat sunnah dua rakaat sebagai pengganti Shalat Dzuhur. Ada anggapan bahwa wafat menjelang shalat Jumat kerap terjadi kepada orang-orang yang memliki keimanan kuat.

Rendra adalah sosok mualaf. Perjalanan spiritualnya selama ini telah menghantarkan ia dari seorang Katolik menjadi seorang Muslim. Keyakinannya dalam memeluk agama baru yang seharusnya menjadi hak asasi seorang Rendra, sempat menuai kontroversi. Saat itu sejumlah tudingan dialamatkan kepada anak dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah itu, seperti pindah agama untuk mencari popularitas, atau 'melegalkan' upayanya dalam berpoligami.

Rendra memeluk Islam saat ia menikahi Raden Ayu Sitoresmi Prabuningrat, putri Keraton Yogyakarta yang sebelumnya telah bergabung di Bengkel Teater. Tugas Sito sebelumnya adalah menyuapi dan memandikan keempat anak Rendra, dari hasil pernikahan dengan Sunarti Suwandi.

Ayah Sito tidak mengizinkan putrinya yang beragama Islam, menikah dengan pemuda Katolik. Rendra pun lalu memilih untuk mengucapkan dua kalimat syahadat pada hari pernikahan dengan Sito, 12 Agustus 1970, dengan saksi Taufiq Ismail dan Ajip Rosidi. Padahal Rendra pernah memerankan Yesus Kristus dalam lakon drama penyaliban Cinta dalam Luka.

Peraih beasiswa American Academy of Dramatical Art (1964-1967) itu sebelumnya menjalani pengembaraan spriritual yang luar biasa. Kabarnya ia sempat berpindah-pindah agama, bahkan pernah memilih untuk menjadi seorang atheis.

"Namun pada suatu malam, ia melihat iringan-irangan orang berjubah putih pergi ke mesjid untuk melakukan shalat malam. Disitulah ia mengaku tertarik untuk mempelajari Islam," kata Eros Djarot, budayawan, suatu ketika.

Terhadap berbagai komentar sinis atas pilihan memeluk Islam, Rendra menanggapinya dengan tenang. Bagi dia, Islam bisa menjawab persoalan pokok yang terus menghantuinya yakni kemerdekaan individual.

"Saya bisa langsung beribadah kepada Allah tanpa memerlukan pertolongan orang lain. Sehingga saya merasa hak individu saya dihargai," kata Rendra sambil mengutip ayat Quran yang menyatakan bahwa Allah SWT lebih dekat dari urat leher seseorang.

Rendra juga mengungkapkan bahwa ketertarikannya pada Islam sudah berlangsung lama. Terutama sejak persiapan pementasan Kasidah Barzanji, beberapa bulan sebelum ia menikah dengan Sitoresmi.

Dan dalam Kasidah Barzanji itu pula ada kutipan syair yang pantas untuk menghantar kepulangan Rendra ke alam baka. Tetapkan iman bersama mati. Semoga didapat apa diminta apa diarah. Jagalah kami dari laku yang nista, laku yang rendah....

WS Rendra tetap berkarya meski dirawat di rumah sakit karena sakit jantung koroner. Puisi terakhir Rendra menghadirkan nuansa religius yang dalam, yang mengisyaratkan kecintaan pada Sang Pencipta.

"Tuhan, aku cinta padamu..." demikian penggalan puisi yang tak diberi judul itu. Puisi terakhir ini ditulis Rendra pada 31 Juli di RS Mitra Keluarga.

Teks puisi bertulis tangan itu diperlihatkan di rumah duka di Bengkel Teater, Citayam, Depok, Jumat (7/8/2009). Berikut teks puisi tersebut:

Aku lemas
Tapi berdaya
Aku tidak sambat rasa sakit
atau gatal

Aku pengin makan tajin
Aku tidak pernah sesak nafas
Tapi tubuhku tidak memuaskan
untuk punya posisi yang ideal dan wajar

Aku pengin membersihkan tubuhku
dari racun kimiawi

Aku ingin kembali pada jalan alam
Aku ingin meningkatkan pengabdian
kepada Allah

Tuhan, aku cinta padamu

Rendra
31 July 2009
Mitra Keluarga

sumber:
dakta.

0 komentar:

Posting Komentar