ALHIKMAHONLINE.COM -- Kalkulasi sederhana Peneliti Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Ilmu Falak - Rukyatul Hilal Indonesia (LP2IF – RHI), Ma'rufin Sudibyo, menunjukkan, gempa tektonik kemarin, Rabu (2/8/09) melepaskan energi 480 megaton TNT atau 24.000 kali lipat lebih besar ketimbang energi bom Hiroshima.
Gempa utama berlangsung selama 60 detik, dan menghasilklan pematahan segmen batuan di lokasi sumber gempa sepanjang 40 km berarah barat daya - tenggara, dengan lebar segmen batuan sebesar 20 km.
“Yang harus dicatat adalah guncangannya. Gempa menghasilkan guncangan berintensitas 8 MMI di episentrumnya. Kota Bandung, Sukabumi dan Tasikmalaya yang masing-masing berjarak 95 km, 110 km dan 115 km dari sumber gempa menderita guncangan berintensitas 6 MMI. Sementara Jakarta yang terletak 190 km dari episentrum diguncang getaran 5 MMI,” ungkapnya.
Sebagai gambaran, tambah Ma’rufin, guncangan 6 MMI telah sanggup membangunkan orang tidur dan menyebabkan keretakan pada bangunan. Namun lokalitas tanah setempat dan kemungkinan adanya patahan tersembunyi yang mendistribusikan energi gempa ini yang melintasi Tasikmalaya membuat gempa ini mengambil kerusakan terbesar di Tasikmalaya.
Episentrum gempa ini, menurut Ma’rufin, persis di sebelah barat laut episentrum gempa tsunami 17 Juli 2006 silam. Sehingga masih berada dalam lokasi triple junction (pertemuan) antara terusan patahan Ujungkulon (yang dikenal luas sebagai sambungan dari patahan besar Sumatera) dengan zona subduksi Samudera Hindia.
Analisis Ma’rufin Topografi lokasi ini kemungkinan besar lebih landai sehingga guncangan gempa tak sanggup menyebabkan pelongsoran besar-besaran nan masif di dasar laut lokasi sumber gempa. Faktor yang, menurutnya, menyebabkan mengapa gempa sejenis pada 2006 silam menjadi demikian destruktif tsunaminya.
Gempa-gempa susulan, masih menurut Ma’rufin, akan terus terjadi sebagai bagian dari segmen batuan yang terpatahkan mencari keseimbangannya guna menyetabilkan diri pasca peristiwa ini. Namun magnitude gempa susulan senantiasa lebih kecil ketimbang gempa utama, sehingga tidak perlu dikhawatirkan, terkecuali di daerah-daerah yang menderita kerusakan terparah dimana bangunan sudah terpengaruh.
“Pengalaman di Yogyakarta, gempa susulan pasca gempa utama 27 Mei 2006, masih sanggup meruntuhkan bangunan (yang telah rusak) di terusan patahan Opak dan menewaskan relawan yang bertugas di sana,” pungkasnya.(hbs/alhikmahonline)
0 komentar:
Posting Komentar