YOGAYAKARTA-Perwujudan wacana menjadikan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai Serambi Madinah tidak harus dimaknai dengan pelaksanaan syariat Islam yang saklek tetapi lebih kepada pengertian aplikatif bukan dalam arti formalistik tetapi berbasis peradaban. Demikian seperti disampaikan Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) DIY, Muhammad Jazir, di sela-sela Semiloka Optimalisasi Pengelolaan Masjid di Yogyakarta, Sabtu (26/12).
Melalui perwujudan DIY sebagai Serambi Madinah tersebut, menurut Jazir, masyarakat Yogyakarta diharapkan dapat memiliki peluang lebih besar untuk mengaplikasikan Islam dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian, ia meyakini, perwujudan DIY sebagai Serambi Madinah tersebut tidak akan menimbulkan konflik baru di masyarakat, mengingat masyarakat Yogyakarta yang plural.
"Saya yakin, umat lain akan paham dan menerima, karena di dalam masyarakat dengan kaum muslim sebagai mayoritas, maka umat minoritas akan terlindungi," katanya.
Namun, menurutnya, wacana menjadikan DIY sebagai Serambi Madinah karena faktor sejarah yang dimiliki provinsi tersebut memerlukan penguatan dalam bentuk peraturan daerah (perda) sekaligus untuk menguatkan keistimewaan Yogyakarta.
"Konsep untuk mewujudkan DIY sebagai Serambi Madinah sudah ada dan dalam waktu dekat ini, Keraton Ngayogyakarta juga akan mengadakan sarasehan untuk mematangkan konsep tersebut," imbuhnya.
Menurut dia, konsep untuk menjadikan DIY sebagai Serambi Madinah tersebut semata-mata ditujukan untuk mengembalikan jati diri Yogyakarta sesuai dengan konsep awal pembangunan wilayah tersebut.
"Yogyakarta dibangun oleh Pangeran Mangkubumi I dengan konsep pesantren besar dan bukan mengatasnamakan kekuasaan tetapi berbasis pada kekhalifahan," katanya.
Dengan demikian, lanjutnya, perwujudan DIY sebagai Serambi Madinah akan mampu mendukung keistimewaan DIY, sehingga keistimewaan tersebut tidak hanya dimaknai dalam masalah pemilihan atau penetapan gubernur saja, tetapi lebih kepada cara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pengoptimalan Fungsi Masjid
Sementara itu, salah satu cara untuk mewujudkan DIY sebagai Serambi Madinah adalah penguatan fungsi masjid di masyarakat, khususnya dalam penyampaian dakwah.
"Harus ada strategi khusus untuk menjadikan dakwah memiliki daya tarik dan kontekstual dengan 'marketing' yang tepat," kata Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto yang menjadi pembicara dalam semiloka tersebut.
Dengan demikian, lanjutnya, masjid berfungsi menjadi pencerahan kepada masyarakat dan konsep untuk DIY sebagai Serambi Madinah dapat diwujudkan.
Penguatan masjid pun, menurut Herry, dapat dilakukan dengan kemitraan antar masjid, khususnya dalam manajemen. "Dengan manajemen yang terintegrasi, isu yang digulirkan pun akan menjadi lebih besar dan mengena di masyarakat," ujarnya.
Konsep untuk mewujudkan DIY sebagai Serambi Madinah sudah ada dan dalam waktu dekat ini, Keraton Ngayogyakarta juga akan mengadakan sarasehan untuk mematangkan konsep tersebut./republika.
Melalui perwujudan DIY sebagai Serambi Madinah tersebut, menurut Jazir, masyarakat Yogyakarta diharapkan dapat memiliki peluang lebih besar untuk mengaplikasikan Islam dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian, ia meyakini, perwujudan DIY sebagai Serambi Madinah tersebut tidak akan menimbulkan konflik baru di masyarakat, mengingat masyarakat Yogyakarta yang plural.
"Saya yakin, umat lain akan paham dan menerima, karena di dalam masyarakat dengan kaum muslim sebagai mayoritas, maka umat minoritas akan terlindungi," katanya.
Namun, menurutnya, wacana menjadikan DIY sebagai Serambi Madinah karena faktor sejarah yang dimiliki provinsi tersebut memerlukan penguatan dalam bentuk peraturan daerah (perda) sekaligus untuk menguatkan keistimewaan Yogyakarta.
"Konsep untuk mewujudkan DIY sebagai Serambi Madinah sudah ada dan dalam waktu dekat ini, Keraton Ngayogyakarta juga akan mengadakan sarasehan untuk mematangkan konsep tersebut," imbuhnya.
Menurut dia, konsep untuk menjadikan DIY sebagai Serambi Madinah tersebut semata-mata ditujukan untuk mengembalikan jati diri Yogyakarta sesuai dengan konsep awal pembangunan wilayah tersebut.
"Yogyakarta dibangun oleh Pangeran Mangkubumi I dengan konsep pesantren besar dan bukan mengatasnamakan kekuasaan tetapi berbasis pada kekhalifahan," katanya.
Dengan demikian, lanjutnya, perwujudan DIY sebagai Serambi Madinah akan mampu mendukung keistimewaan DIY, sehingga keistimewaan tersebut tidak hanya dimaknai dalam masalah pemilihan atau penetapan gubernur saja, tetapi lebih kepada cara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pengoptimalan Fungsi Masjid
Sementara itu, salah satu cara untuk mewujudkan DIY sebagai Serambi Madinah adalah penguatan fungsi masjid di masyarakat, khususnya dalam penyampaian dakwah.
"Harus ada strategi khusus untuk menjadikan dakwah memiliki daya tarik dan kontekstual dengan 'marketing' yang tepat," kata Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto yang menjadi pembicara dalam semiloka tersebut.
Dengan demikian, lanjutnya, masjid berfungsi menjadi pencerahan kepada masyarakat dan konsep untuk DIY sebagai Serambi Madinah dapat diwujudkan.
Penguatan masjid pun, menurut Herry, dapat dilakukan dengan kemitraan antar masjid, khususnya dalam manajemen. "Dengan manajemen yang terintegrasi, isu yang digulirkan pun akan menjadi lebih besar dan mengena di masyarakat," ujarnya.
Konsep untuk mewujudkan DIY sebagai Serambi Madinah sudah ada dan dalam waktu dekat ini, Keraton Ngayogyakarta juga akan mengadakan sarasehan untuk mematangkan konsep tersebut./republika.
0 komentar:
Posting Komentar